MAKALAH KIMIA KLINIK
IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR
Disusun oleh :
1. Alam Jangka Wati (XIB/03)
2. Malva Sandra Calista (XIB/25)
SMK ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pelayanan
kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan
penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi seoran g
ibu hamil perlu diprioritaskan, seperti gizi yang rendah, anemia, dekatnya
jarak antara kehamilan, dan buruknya hygine. Penelitian telah menunjukkan bahwa
lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal, yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurangbaiknya penanganan bayi yang baru lahir sehat akan
mengalami kelainan yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur hidup, bahkan
kematian. Salah satu gangguan pada bayi baru lahir adalah seperi contohnya
ikterus
Ikterus pada
bayi baru lahir merupakan masalah yang sering dihadapi oleh tenaga kesehatan.
Kurang lebih 50% bayi cukup bulan akan mengalami ikterus pada minggu pertama
kehidupannya. Peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru lahir merupakan fase
transisi yang normal, tetapi peningkatan kadamya dalam darah yang berlebih
dapat menyebabkan kern ikterus, yang memerlukan penanganan khusus. Penentuan
kadar bilirubin pada bayi baru lahir dapat dilakukan secara invasif yaitu
dengan pemeriksaan laboratorium, atau secara non invasif. Pemeriksaan non
invasif merupakan pemeriksaan yang mudah dan tidak menyakitkan. Ada 4 cara non
invasif untuk memperkirakan kadar bilirubin yaitu dengan menggunakan
ikterometer, bilirubinometer transkutaneus, pemeriksaan gas karbon monoksida
dan secara visual. Penilaian ikterus secara visual merupakan cara yang paling sering digunakan
untuk menilai ikterus pada bayi baru lahir dan sampai kini masih digunakan
secara luas.
- Tujuan
§ Mengetahui
dan memahami pengertian ikterus
§ Mengetahui
dan memahami penyebab ikterus
§ Mengetahui
dan memahami derajat ikterus
§ Mengetahui
dan memahami penatalaksanaan ikterus pada bayi
BAB II
TINJAUAN TEORI IKTERUS
- PENGERTIAN
§
Ikterus adalah disklorasi kulit, mukosa membran dan
sclera oleh karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum (> 2 mg/dL ).
(
Perinatologi )
§
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau
jaringan lain akibat penimbunan bilirubun dalam tubuh. ( Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid 2 )
§
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva
dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.
·
IKTERUS
FISIOLOGIS
Umumnya terjadi pada bayi baru
lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2mg/dl. Pada
bayi cukup bulan yang mendapat susu formula kadar bilirubin akan mencapai
puncaknya sekitar 6 – 8 mg/dl pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan
menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan yang lambat sebesar 1
mg/dl selama 1 – 2 minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar
bilirubin puncak akan mencapai kadar yang lebih tinggi ( 7 – 14 mg/dL ) dan
penurunan terjadi lebih lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2 – 4 minggu, bahkan
dapat mencapai waktu 6 minggu.
·
IKTERUS
PATOLOGIS
Ë Ikterus
terjadi sebelum umur 24 jam
Ë Setiap
peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi
Ë Peningkatan
kadar bilirubin total serum 0,5 mg/dL/jam.
Ë Adanya tanda
– tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi
(muntah,
letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea atau
suhu yang tidak stabil )
Ë Ikterus
bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi
kurang bulan.
- ETIOLOGI
Hiperbilirubinemia bisa disebabkan
proses fisiologis atau patologis atau kombinasi keduanya. Bayi yang diberikan
ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang
diberikan susu formula. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain : frekuensi menyusui yang tidak adekuat, kehilangan berat badan
atau dehidrasi.
a. Ikterus Prahepatik
Karena
produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah merah.
Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:
S Kelainan sel
darah merah
S Infeksi
seperti malaria, sepsis.
S Toksin yang
berasal dari luar tubuh seperti: obat - obatan, maupun yang berasal dari dalam
tubuh seperti yang terjadi pada reksi transfuse dan eritroblastosis fetalis.
b. Ikterus
Pascahepatik
Bendungan
pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin konjugasi yang larut
dalam air. Akibatnya bilirubin mengalami akan mengalami regurgitasi kembali
kedalam sel hati dan terus memasuki peredaran darah, masuk ke ginjal dan di
eksresikan oleh ginjal sehingga ditemukan bilirubin dalam urin. Sebaliknya
karena ada bendungan pengeluaran bilirubin kedalam saluran pencernaan berkurang
sehingga tinja akan berwarna dempul karena tidak mengandung sterkobilin.
c. Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan
sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu sehingga bilirubin direk
akan meningkat dan juga menyebabkan bendungan di dalam hati sehingga bilirubin
darah akan mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian menyebabkan
peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam aliran darah. Kerusakan sel hati
terjadi pada keadaan: hepatitis, sirosis hepatic, tumor, bahan kimia, dll.
C. KLASIFIKASI
Derajat I : Daerah kepala & leher, perkiraan
kadar bilirubin (5,0 mg%).
Derajat II : Sampai badan atas, perkiraan kadar
bilirubin (9,0 mg%).
Derajat III : Sampai badan bawah hingga tungkai,
bilirubin (11,4 mg%).
Derajat IV : Sampai daerah lengan, kaki bawah lutut (12,4
mg%).
Derajat V : Sampai daerah telapak tangan dan kaki (16,0
mg% ).
D. MANAJEMEN
1. Strategi
Pencegahan
a.
Pencegahan Primer
« Menganjurkan
ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 – 12 kali/ hari untuk beberapa hari
pertama.
« Tidak
memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang
mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi.
b. Pencegahan Sekunder
v Semua wanita
hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus serta penyaringan serum
untuk antibody isoimun yang tidak biasa.
v Harus
memastikan bahwa semua bayi secar rutin di monitor terhadap timbulnya ikterus
dan menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat
memeriksa tanda – tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8 – 12 jam.
2.
Fototerapi
Terapi sinar dilakukan berdasarkan
kadar bilirubin, usia gestasi (kehamilan) saat bayi lahir, usia bayi saat
jaundice dinilai, dan faktor risiko lain yang dimiliki bayi.
·
Beberapa faktor risiko yang penting adalah :
ü Penyakit
hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh
sendiri)
ü Kekurangan
enzim G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk berfungsi normal
ü Kekurangan
oksigen
ü Kondisi
lemah/tidak responsif
ü Tidak
stabilnya suhu tubuh
ü Sepsis
(keadaan infeksi berat di mana bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh)
ü Gangguan
keasaman darah
ü Kadar
albumin (salah satu protein tubuh)
·
Dalam
perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan:
1.
Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.
2. Kedua
mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya
agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.
3. Bayi
diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik
untuk mendapatkan energi yang optimal.
4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18
jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.
5. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6
jam.
6. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya
tiap 24 jam.
7.
Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.
8. Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu konsumsi cairan bayi
dinaikkan (pemberian ASI atau susu formula setiap 2-3 jam)
·
Kelainan
yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain:
1.
Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian cairan harus
diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa minum ASI, sesering mungkin
berikan ASI.
2. Frekwensi
buang air besar meningkat karena hiperperistaltik (gerakan usus yang
meningkat).
3. Timbul
kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan alat gerak.
4. Kenaikan suhu tubuh.
5. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan
minum, rewel, yang hanya bersifat sementara.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Ikterus
adalah disklorasi kulit, mukosa membran dan sclera oleh karena peningkatan
kadar bilirubin dalam serum ( > 2 mg/dL ). ( Perinatologi )
2. Ikterus
Fisiologis umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak
terkonjugasi pada minggu pertama > 2mg/dL.
3. Ikterus
Patologis
ë Ikterus
terjadi sebelum umur 24 jam
ë Setiap
peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi
ë
Peningkatan kadar bilirubin total serum . 0,5 mg/dL/jam.
ë Adanya
tanda – tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi
(muntah, letargis, malas menetek, penurunan
berat badan yang cepat, apnea, takipnea atau suhu yang tidak stabil )
ë Ikterus
bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi
kurang bulan.
4.Hiperbilirubinemia
bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau kombinasi keduanya. Bayi
yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih tinggi
dibandingkan bayi yang diberikan susu formula. Hal tersebut mungkin disebabkan
oleh beberapa factor, antara lain : frekuensi menyusui yang tidak adekuat,
kehilangan berat badan atau dehidrasi
5.Penatalaksanaannya
yaitu dengan strategi pencegahan, penggunaan farmakoterapi, dan fototerapi
serta transfuse tukar.
BAB IV
KRITIK DAN SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
1. Sukadi,
Abdurrachman, dkk. 2000. “ Perinatologi “ .Bandung : FKUP/ RSHS
2.
McCormick, Melisa. 2003. “ Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk
Dokter, Perawat, Bidan Di Rumah Sakit Rujukan Dasar “. Indonesia : MNH
– JHPIEGO
3. Khosim,
M. Sholeh, dkk. 2008. “ Buku Ajar Neonatologi Edisi I “. Jakarta
: Perpustakaan Nasional
4. Hasan,
Rusepno. 1997. “Ilmu Kesehatan Anak 2 “. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI.
5.
Sudoyo,Aru.W, dkk, eds., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Dep. Ilmu
Penyakit Dalam : Jakarta, 2006, vol. I, hlm. 422-425
7. http://www.yanmedik-depkes.net